Sedari dulu
Allah Swt sudah menetapkan sunatullah terhadap semua makhluknya. Langit sedari
dulu selalu begitu. Bumi sedari dulu selalu begitu. Gunung sedari dulu juga selalu
begitu, semua yang diciptakan oleh Allah sedari dulu selalu begitu. Allah sudah
memerintahkan kepadanya sejak hari awal mereka tercipta sampai hari yang terakhir
pun tidak berubah, yang berubah adalah kita, manusia. Tidak hanya berubah, kita
juga mengubah. Allah sudah mengatur semuanya dengan cara Allah. Mereka tidak
pernah egois untuk berubah, sebab mereka hanya menjalani sunnatullah sesuai
dengan takaran atau hukum yang sudah ditetapkan.
Allah Swt memberikan
ketetapan kepada Bumi untuk berputar, Allah memberikan ketetapan terhadap air
untuk mengalir ke tempat yang lebih rendah, Allah memberikan tugas kepada
gunung untuk menahan guncangan, Allah memberikan tugas terhadap matahari untuk
menyinari, Allah memberikan tugas terhadap awan untuk menurunkan hujan.
Begitulah cara mereka bertasbih kepada penciptanya, yang dimaknai sebagai
kepatuhan kepada sunnatullah.
Bayangkan apabila
makhluk - makhluk Allah tidak patuh kepada sunnatullah. Bumi yang diberi tugas
oleh Allah untuk berputar tidak mau mengikuti sunnatullah lagi, yaitu bumi berhenti
berputar, maka bulan akan menghantam bumi, gelombang laut dahsyat akan
menghantam manusia, dan terjadi kiamat. Gunung yang diberi tugas oleh Allah
untuk menahan guncangan akibat gempa tidak mau menjalankan tugasnya lagi, maka
akan terjadi banyak sekali gempa bumi dimana-mana, dan gunung akan mengeluarkan
semburan magma yang dahsyat. Matahari yang diberi tugas oleh Allah untuk
menerangi bumi tidak mau menerangi bumi lagi, maka bumi akan menjadi gelap
gulita, suhu di bumi akan menurun drastis, manusia tidak akan bisa bertahan
hidup. Ikan saja yang oleh Allah Swt ditugaskan untuk hidup di air akan mati
apabila tidak mau menjalankan tugas sunnatullahnya untuk hidup di air. Sangat
banyak sekali sunnatullah yang apabila dilanggar maka akan terjadi kerusakan, kekacauan,
ketidakaturan, kehancuran, bahkan kematian.
Salah satu
sunnatullah yang sering kita langgar adalah merusak alam. Padahal Allah Swt
memberikan tugas kepada kita untuk memakmurkan bumi dan menjaga alam. Akibatnya
kita mengalami berbagai bencana alam, seperti banjir. Tangan-tangan kita, lepas
dari agama dan keimanan, akibatnya kita tertimpa bencana dari apa yang kita perbuat
sendiri. Kita bukan melanggar hukum syariat Allah, tetapi melanggar
sunnatullah.
“Telah Nampak
kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka,
agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar-Ruum: 41).
Secara sunnatullah
air itu selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah, sedangkan banyak manusia
yang melanggar sunnatullah dengan cara menyulap tempat-tempat yang rendah
seperti rawa, sungai, danau, serta bantaran menjadi rumah hunian. Seharusnya
rawa, sawah, sungai, danau, dan tempat-tempat penampungan air dan resapan air
tidak dihilangkan, apalagi dijadikan perumahan. Kalau air datang di musim
penghujan, tentu akan mencari tempat yang lebih rendah, dan terjadilah banjir. Tidak
hanya membuat rumah di tempat-tempat yang rendah, tetapi kita pun sering
membuang sampah sembarangan bahkan membuang sampah di sungai, sampah tersebut
akan menyumbat aliran sungai, dan membuat resapan air terganggu, sehingga sungai
akan meluap. Sederhananya, ada sunnatullah yang dilanggar oleh manusia.
Banyak sunnatullah yang terlanjur dilanggar dan dianggap
sudah wajar pula. Selama pelanggaran sunnatullah itu terjadi, bencana banjir
tentu saja masih tetap akan setia mendatangi pada setiap musim hujan. Bahkan bukan
saja banjir yang hanya akan datang, melainkan bencana lainnya yang merusak, menghancurkan,
bahkan sampai kematian.
Kesombongan manusialah yang membuat buta akan aturan-aturan
sunnatullah yang pasti itu, lalu mencoba menutup mata dari kepastian yang
sesungguhnya.
Lalu adakah yang lebih layak untuk mengatur manusia selain
Allah Sang Maha Pemiliknya?